TEMPO.CO , Jakarta:
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengenai pemilihan kepala
daerah DKI Jakarta putaran kedua menunjukkan peluang menang dua pasang
calon gubernur dan wakil gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko
Widodo-Basuki Tjahaja sama-sama kuat. Namun salah satu pasangan bisa
saja mengungguli jumlah perolehan suara pasangan lainnya.
"Jika
mereka serius ‘menggarap’ 9,7 persen pemilih yang belum menentukan
pilihan ini," kata Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi, dalam konferensi
pers di kantornya, Minggu, 16 September 2012."Yang paling penting bagaimana mereka melakukan mobilisasi pemilih menjelang hari H dan hari pemilihan nanti," ujarnya.
Dodi memaparkan sejumlah temuan LSI. Menurut dia, dari sejumlah karakter demografi pemilih yang belum menentukan pilihan atau ragu-ragu (undecided voter), sebagian besar cenderung menunjukkan karakter pemilih Jokowi. Dilihat dari tingkat pendidikan dan keadaan ekonomi merek termasuk masyarakat kelas menengah.
"Mereka kemungkinan akan pilih Jokowi, jika tidak ada langkah-langkah intensif dari Foke beberapa hari ke depan. Tapi bisa juga sebaliknya," kata Dodi. Kecenderungan pemilih kelas menengah memilih Jokowi, kata Dodi, sebagai gambaran protes mereka terhadap kinerja sang calon gubernur "incumbent".
Lembaga Survei Indonesia (LSI) bekerja sama dengan Majalah Tempo mengadakan survei pilkada DKI putaran kedua dengan judul "Pilkada DKI Jakarta, Protes Kelas Menengah". Dalam simulasi pilihan terhadap dua pasangan calon, Jokowi-Ahok unggul dengan perolehan 45,6 persen dibandingkan Foke-Nara sebesar 44,7 persen. Namun secara statistik, perbedaan yang tak sampai 1 persen ini tidak cukup signifikan mengingat margin of error 5 persen.
Survei diselenggarakan tanggal 2-7 September dengan jumlah sampel awal yang diambil secara acak sebanyak 800 orang warga DKI berdasarkan tempat pemilihan suara (TPS). Namun data yang dapat dianalisis sebanyak 399 responden.
Leave a Reply